Bukit Merah
Diposting oleh
zakyAZFclagent
di
02.21
Sabtu, 18 Februari 2012
Bukit Merah
Dulu, Singapura pernah direpotkan oleh ikan todak. Ikan bermoncong panjang dan tajam itu suka menyerang penduduk. Tak terhitung berapa banyak penduduk yang luka-luka dan mati akibat serangan ikan ganas itu.
Raja kemudian memerintahkan penglima perangnya untuk menaklukkan ikan-ikan jahat itu. Maka, dipersiapkanlah sepasukan prajurit untuk membunuh ikan itu. Akan tetapi, hampir semua prajurit itu mati di moncong Todak. Raja bingung bagaimana menundukkan ikan itu.
Di tengah kebingungannya, Raja didatangi seorang anak kecil.
“Mohon ampun, Paduka yang Mulia, bolehkah hamba mengatakan sesuatu tentang ikan-ikan itu?”
“Katakanlah!”
“Ikan-ikan itu hanya bisa ditaklukkan dengan pagar pohon pisang.”
“Apa maksudmu?”
Yang dimaksud anak kecil itu adalah pagar yang terbuat dari batang pohon pisang. Pohon-pohon itu ditebang, dijajarkan, kemudian direkatkan dengan cara ditusuk dengan bambo antara yang satu dan lainnya hingga menyerupai pagar. Pagar itu kemudian ditaruh di pinggir pantai, tempat ikan-ikan itu biasa menyerang penduduk.
Raja kemudian memerintahkan Panglima untuk membuat apa yang dilkatakan anak kecil itu. Diam-diam Panglima mengakui kepintaran si anak. Diam-diam pula dia membenci anak kecil itu. Gagasan si anak membuat Panglima merasa bodoh di hadapan Raja.
“Seharusnya akulah yang mempunyai gagasan itu. Bukankah aku panglima perang tertinggi? Masak aku kalah oleh anaka kecil,” katanya dalam hati.
Keesokan harinya, selesailah pagar pohon pisang itu. Pagar itu lalu ditaruh di tepi pantai sebagaimana yang dikatakana si anak kecil.
Ternyata benar. Ikan-ikan yang menyerang pagar pohon pisang itu tak bisa menarik kembali moncongnya. Mereka mengelepar-gelepar sekuat tenaga, tetapi sia-sia. Moncong mereka yang panjang dan tajam itu menancap kuat dan dalam pada batang pohon pisang yang lunak itu. Akhirnya, dengan mudah penduduk dapat membunuh ikan-ikan jahat itu.
Si anak pun diberi hadiah oleh Raja.
“Terima kasih. Kau sungguh-sungguh anak yang pintar,” puji Raja.
Orang-orang bersuka cita.
Akan tetapi, panglima perang yang iri dan kesal karena merasa tampak bodoh di hadapan Raja itu menghasut Raja.
“Baginda, anak kecil yang cerdas itu tampaknya bisa menjadi ancaman jika dia besar nanti.”
“Maksudmu?”
“Siapa tahu, setelah besar nanti, dengan kepintarannya dia berhasrat merebut tahta Paduka.”
Raja terhasut. Ia lalu memerintahkan Sang Panglima untuk menyingkirkan anak itu.
Sang Panglima mendatangi rumah anak kecil itu dan dengan licik membunuh anak tak berdosa itu. Anehnya, darah si anak mengalir deras dan membasahi seluruh tanah bukit tempat anak itu tinggal. Seluruh bukit menjadi merah. Orang-orang lalu menyebut tempat itu Bukit Merah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Poll
Total Pageviews
Popular Posts
-
Si Kancil dan Siput User Rating: / 1909 PoorBest Pada suatu hari si kancil nampak ngantuk sekali. Matanya serasa berat sekali untuk...
-
Puteri Tidur User Rating: / 915 PoorBest Dahulu kala, ada sepasang Raja dan Ratu yang berbahagia, karena setelah bertahun-tahun lamanya...
-
Istana Bunga User Rating: / 871 PoorBest Sunday, 11 April 2010 13:51 Dahulu kala, hiduplah raja dan ratu yang kejam. Keduanya suka berf...
-
Jangan Pernah Menyerah Jangan Pernah Menyerah Alkisah, pada tahun 1867 hiduplah seorang ahli teknik bernama John Roebling. Ia bermimpi memba...
-
Pulau Kakak-Beradik Karena dianggap sudah cukup umur, Mina dan Lina dipanggil ibu mereka untuk membicarakan rencana perkawinan kakak-bera...
-
Biji-biji Burung Gereja User Rating: / 191 PoorBest Page 1 of 2 Di suatu lembah yang subur, sekelompok binatang hidup dengan aman dan nyam...
-
Petani yang Baik Hati User Rating: / 673 PoorBest Page 1 of 2 Di suatu desa, hiduplah seorang petani yang sudah tua. Petani ini hidup seor...
-
Asal Mula Guntur Dahulu kala peri dan manusia hidup berdampingan dengan rukun. Mekhala, si peri cantik dan pandai, berguru pada Shie, seo...
-
Sedekah yang Paling Baik Sedekah yang Paling Baik Alkisah ada seorang pemuda yang bernama Saad. Suatu hari Saad pergi ke medan perang membel...
-
Alibaba dan Penyamun Pada jaman dahulu dikota Persia, hidup 2 orang bersaudara yang bernama Kasim dan Alibaba. Kedua saudara itu memiliki...
Mengenai Saya
Pengikut
Diberdayakan oleh Blogger.
Blog Archive
-
▼
2012
(27)
-
▼
Februari
(27)
- Dongeng asal mula duabelas rashio binatang
- si kancil dan siput
- ucpan ajaib dari peri
- Cinderela
- jack dan Pohon Kacang
- Asal Mula Guntur
- pulau hantu
- Bukit Merah
- Pulau Kakak-Beradik
- Istana Bunga
- Biji-biji Burung Gereja
- Petani yang Baik Hati
- puteri tidur
- Anak Katak yang Sombong dan Anak Lembu
- peri dan hutan berkabut
- raja telinga keledai
- alibaba dan penyamun
- nyamuk pertama
- raksasa egois
- raja yang bodoh
- lampu aladin
- semut dan kepompong
- sangkuriang
- raja yang cerdik
- sedekah yang paling baik
- jangan pernah menyerah
- asal mula rumah siput
-
▼
Februari
(27)
0 komentar:
Posting Komentar